Akhir tahun lalu 2019, saya dan teman-teman bertemu dengan mentor saham kami. Seperti biasa, kami membahas isu-isu ekonomi dan berita mengenai resesi 2020. Tapi, ternyata pasar saham justru porak poranda karena corona. Alhamdulillah, sudah sempat menyelamatkan sebagian portofolio saat awal 2020. Walaupun, yang masih tesimpan di saham sempat minus. Hehehe. Tapi tetep santai karena yakin perusahaan yang dibeli bagus, bumn, dan blue chip!
Dengan cash money yang ada, rasanya sayang kalau didiamkan di tabungan begitu saja. Growth tipis, malah tergerus inflasi. Setelah baca berbagai sumber, akhirnya bertemulah dengan beberapa channel investasi beresiko rendah sebagai berikut:
Pilihan saya akhirnya tertuju pada Reksadana Pasar Uang. Resiko rendah, profit tiap hari, dan bisa dicairkan kapan saja! Jadi, bisa gercep buat jajan ketika pasar saham mau rebound. Oiya, Reksadana Pasar Uang ini juga cocok untuk menyimpan dana darurat loh. Porsinya, 50% dana darurat di Deposito dan 50% lagi di Reksadana Pasar Uang. Untuk mulai berinvestasi di Reksadana Pasar Uang, kita harus pilih Manajer Investasi-nya dulu. Berikut, 3 indikator untuk memilih Manajer Investasi yang bagus:
1. Lihat Nilai AUMnya
AUM adalah total dana yang dikelola oleh manajer Investasi tersebut. Semakin tinggi dana yang dikelola, semakin bagus. OJK menerapkan aturan jika minimal AUM Manajer Investasi adalah 10 Miliar. Makannya MI Reksadana Paytren waktu itu dibubarkan. Kalau saya, pilih yang AUMnya diatas 1 Triliun.
2. Lihat Expense Rationya
Expense ratio adalah biaya untuk mengelola reksadana. Biaya tersebut totalan dari Management Fees, biaya trading, biaya kustodian, biaya marketing, dan lain lain. Semakin rendah expense ratio, semakin bagus.
3. Lihat Growthnya
Growth inilah yang akan menetukan potensial profit yang didapatkan. Setelah screening AUM dan Expense Ratio, baru deh pilih yang growth nya paling tinggi dan konsisten. Jadi, jangan memilih yang kasih growth tinggi tapi tingginya cuma setahun.
Jika menghendaki Reksadana Pasar Uang Syariah, tinggal ditambahkan filter syariah saja deh. Dari 3 kriteria di atas, akhirnya pilihan saya jatuh pada:
1. Sucorinvest Money Market Fund
Saya pilih ini karena AUM-nya paling gedhe diantara yang lain (4,79 Triliun), Expense Ratio-nya rendah walau ga paling rendah (0,67%), dan Growth-nya paling tinggi (CAGR 1 Year: +7,17% ) serta konsisten. Selain itu, karena sumber-sumber saya belajar Reksadana Pasar Uang sebagaian besar pilih reksadana itu juga. Hehehe.
2. BNI AM Dana Likuid
Saya juga pilih ini karena AUM-nya paling gedhe nomor 2 setelah pilihan pertama (2,52 Triluin), Expense Rationya rendah (0,46%), dan Growthnya cukup tinggi (CAGR 1 Year: +6,22%). Selain itu, pengelolanya BNI dimana saya percaya bank tersebut bagus.
3. Manulife Dana Kas 11
Pilihan ketiga saya ini, karena AUM-nya diatas 1 Triliun (1,63 Triliun), Expense rationya masih rendah (1,07%), dan Growth-nya lumayan tingi (CAGR 1 Year: 5.99%).
Oiya, saya menggunakan aplikasi Bibit untuk screening dan membeli reksadana tersebut. Review aplikasi Bibit, nanti saya tulis di sini [coming soon] yah. Kalian bisa pakai kode HADIAH25 biar dapet cashback Rp 25.000. Lumayan banget, baru mulai udah untung 25 Ribu.
Sebenarnya, saya paling senang di Sucorinvest Money Market Fund, tapi tetep diversifikasi ke 2 produk lain karena don’t put your egg in one basket. Kalau basket nya pecah, habis deh. Walaupun, kemungkinan tersebut sangat-sangat rendah. Setiap investasi pasti ada resikonya dan reksadana pasar uang ini memiliki resiko yang rendah, cocok untuk investor konservatif dan baru mulai masuk ke dunia investasi. Ketiga pilihan saya di atas, disclaimer on. Jika ada pertanyaan, boleh ditulis di kolom komentar di bawah yah!
Featured pict by Tirza van Dijk on Unsplash