Ini adalah kali kedua saya pergi ke Bromo, tetapi kali pertama bagi Hengky. Kami sangat excited since udah di-spill beberapa teman di sana bagus banget. Pengalaman pertama saya ke Bromo di tahun 2013 gak semenyenagnkan itu: high season, kesiangan dan macet. Jadi, ini semacam revisi trip untuk saya hehehe. Kami mengikuti open trip dengan vendor Lepas Suntuk, rekomendasi dari teman dan saya melakukan booking 12 jam sebelum keberangkatan, cukup mendadak. Saya sempat menghubungi beberapa agen open trip, tetapi agen ini yang paling responsif. Harga open trip ini adalah Rp250.000 per orang. Saat itu peserta open trip ada 4 orang, saya, Hengky dan 2 tamu lain.
Perjalanan Menuju Bromo
Malam hari pukul 12 tengah malam, kami dijemput dari hotel menggunakan mobil untuk perjalanan menuju titik transit sebelum beralih ke jeep. Layanan penjemputan ini disediakan secara gratis jika tamu berada di wilayah Malang Kota dan Malang X. Namun, jika berada di Batu, akan dikenakan biaya tambahan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, mengingat jaraknya yang cukup jauh. Saya menginap di Bobobox, karena hanya membutuhkan tempat untuk meletakkan barang, beristirahat sejenak dan parkir mobil. Perjalanan open trip ini dimulai pukul 12 malam dan diperkirakan akan tiba kembali di penginapan sekitar pukul 11 siang.
Jarak antara Malang Kota (saat itu saya berada di Alun-Alun) dan lokasi transit ditempuh dalam waktu 1 jam. Sepanjang perjalanan kami full tidur, simpan tenaga untuk jalan kaki dan biar ga ngantuk. Sekitar pukul 1, kami tiba di lokasi transit dan disuguhi segelas teh hangat. Enak banget minum teh hangat di teras rumah warga dengan cuaca dingin sejuk dan langit cerah kelihatan bintang-bintang! Di sini, kami menunggu sekitar 1 jam sambil ngobrol dan berkenalan dengan tamu lain. Oiyaa, di sini juga ada toilet jadi bisa bungan air dan siap-siap karna di kawasan Bromo toilet lumayan jauh dan biaya sekali penggunaan toilet adalah 5 ribu rupiah per orang.
Pukul 2, kami memulai perjalanan menggunakan jeep menuju lokasi huting sunrise. Perjalanan ini memakan waktu sekitar 1 jam dengan melewati jalan yang terjal dan curam. Walaupun begitu, saya tetap bisa merem tapi sambil mempertahankan posisi biar ga kejedug. Kalau ga merem, bingung juga mau lihat apa karna gelap gulita. Begitu kami turun dari jeep, brrr rasanya sangat dingin banget! Saya kira overkill pakai jaket winter ke Bromo. Tapi ternyata, angin di sini dingin banget dan menusuk. Bahkan, di sni ada beberapa pedagang yang menyewakan jaket winter.
Menunggu sunrise di warung
Sesampainya di lokasi hunting sunset, kami tidak langsung menuju tanjakan. Kami istirahat terlebih dahulu di warung warga karena masih sangat gelap dan perlu menunggu sekitar 1 jam lagi sunrisenya mulai terbit. Di warung tersebut, ada api arang untuk menghangatkan diri. Saya dan Hengky memesan Indomie dan kopi Good Day. Aslik rasanya sangat nikmat banget makan Indomie di sini, dengan cuaca yang dingin wkwkwk Harganya juga termasuk harga wajar, sekitar 15 ribu untuk Indomie atau Pop Mie, dan 5 ribu untuk kopi Good Day.
Cashing Sunrises
Pukul 4.30, kami memulai pendakian menuju lokasi hunting sunrises. Sudah cukup banyak orang yang berada di sana. Untungnya, kami ada tour guide yang paham betul daerah ini. Jadi,bisa langsung dapet tempat dengan view yang super cakep dan agak sepi Hehehe. Tour guide kami menjelaskan secara rinci gunung-gunung yang ada di sini beserta sejarahnya, suku Tengger, medan di Bromo, dan banyak informasi lainnya! Oiya, open trip ini sudah termasuk dokumentasi, tour guide kami yang memotret pakai kamera beneran (bukan handphone only) Hehehe. Jadi hasil fotonya sangat bagus. Secanggih-canggihnya i phone 13, tetep bagusan kamera cannon ternyata wkwkwk
Jalan Jalan di Sekitar Kawah Gunung Bromo
Puas menikmati sunset dan mengambil foto, kami melanjutkan perjalanan ke destinasi berikutnya di sekitar kawah Gunung Bromo. Lokasi pertama yang kami kunjungi adalah area x. Dari penanjakan, kami menempuh perjalanan selama 30 menit. Karena sudah terang, saya tidak tidur selama di dalam mobil dan pemandangan di sepanjang perjalanan bagus banget! Meskipun jalanannya naik turun dan terdapat beberapa bagian yang curam, semuanya terbayar dengan pemandangan yang disuguhkan. Saya jadi paham mengapa mobil pribadi tidak diizinkan naik ke penanjakan. Karna yang se-mengerikan itu medannnya, harus bener-bener hafal karakter jalan, skill menyetir canggih dan mobil sesuai untuk medan.
Sesampainya di lokasi, tour guide kami menjelaskan gunung apa aja yang ada di sekitar kami beserta sejarahnya. Lalu photo-photo lagi sepuasnya hehehe. Kami foto di depan jeep, di foto in satu-satu dan diarahin juga posenya, Best deh! hehehe. Kalau mau foto saya kuda juga bisa lhoh! cukup bayar 20 rb aja kalau cuma foto tp kalau mau naik kuda keliling harganya x rb. Tapi, saat itu saya ga cobain, outfitnya kurang ala-ala juga buat photo sama kuda hehehe.
Setibanya di lokasi, tour guide kami menjelaskan gunung-gunung yang ada di sekitar beserta sejarahnya. Lalu photo-photo lagi sepuasnya Hehehe. Kami berfoto di depan jeep, diambil satu per satu, dan tour guide kami memberikan arahan untuk posenya, terbaik deh! hehehe. Jika ingin berfoto dengan kuda, juga bisa dilakukan dengan menyewa kuda 20 ribu rupiah. Namun, jika ingin naik kuda keliling, harganya sekitar x ribu rupiah. Pada saat itu, saya tidak mencoba naik kuda karena outfit saya kurang cocok untuk berfoto dengan kuda.
Area Pasir Pasir Berbisik
Kami melanjutkan perjalanan menuju Pasir Berbisik. Di sini, kabut masih cukup tebal, tetapi beberapa kali kami masih dapat melihat pemandangan dengan jelas. Meskipun demikian, pemandangan di sini tidak kalah indah dengan area sebelumnya. Namun, pasirnya agak keras sehingga tidak bisa “berbisik-bisik”, wkwkwk. Mungkin karena saat itu merupakan musim hujan, pasirnya jadi keras karena kena air. Di lokasi ini, tour guide kami menjelaskan tentang lanskap sekitar dan tentu saja, photo-photo hehehe.
Makan Bakso di Savana
Lanjuttt, kami menuju savana. Dua area sebelumnya memang tidak ada sama sekali tumbuhan, hanya pasir dan gunung-gunung. Savana sangat hijau dan ada tanda-tanda kehidupan. Di sini, ada penjual bakso malam dan minuman. Karena sudah lapar, kami memutuskan untuk makan sejenak sambil ngobrol banyak hal. Selain itu, tentu saja mengambil foto-foto lagi, hehehe.
Kawah Gunung Bromo
Saat itu, kami tidak pergi ke kawah Gunung Bromo karena tidak ada yang ingin naik ke atas dan mager wkwkwk. Saya sudah pernah naik sebelumnya dan ada banyak sekali anak tangga yang harus dinaiki. Sebenarnya worth it apalagi kalau bawa drone bisa photo ala-ala. Kurang lebih berikut adalah pemandangan di sekitar kawah:
Lepas dari savana, kami melanjutkan perjalanan ke rumah warga untuk transit dan melewati sebuah kafe yang sedang populer. Namun, kami tidak sempat mampir karena waktu yang tersisa sudah hampir habis dan masing-masing memiliki agenda selanjutnya. Kami hanya singgah sebentar untuk menggunakan toilet.