Turkey

D 10: Naik Balon Udara di Cappadocia

June 24, 2024

Traveling period, 1-15 Oktober 2023

Jadwal hari ini full strolling around Cappadocia dan cukup padat. Walaupun begitu, alhamdullillah semua berjalan dengan lancar. Saya dan Hengky sempat mau tidak mau naik balon udara karena harganya mahal banget huhuhu 5 jt per orang untuk 1 jam terbang di udara. Namun, di detik-detik terakhir kami memutuskan untuk ikut naik balon udara and it’s totally worth it!

   

Tidak menyangka pemadangan Cappadocia dan ambiance balon udara ketika matahari terbit itu benar-benar magical! Cuaca baik dan cerah sehingga balon udara diijinkan terbang. Tidak setiap hari balon diizinkan terbang dan ini pertama kalinya balon terbang lagi setelah 3 hari berturut-turut cuaca kurang bersahabat. Sementara, kami berada di Cappadocia hanya satu hari. Jadi, ini adalah satu satunya kesempatan kami menaiki balon udara dan alhamdulillah balon bisa terbang :’)  Pantesan Kinan kepengen ke sini dan untung waktu itu komporin Hengky buat ikut nonton film Layangan Putus, jadi dia sedikit-sedikit ter-influence Cappadocia hahaha

   

Naik balon udara stabil banget! Proses landing dan take off smooth, lebih smooth dari pada pesawat. Tidak berasa tau-tau sudah ada di atas aja. Pilot kami memang jago, biasanya waktu landing penumpang diminta duduk. Tapi, sama dia tidak diminta duduk dan landing benar-benar tepat sasaran tanpa guncangan. Balon udara ini kapasitasnya 24 orang. Di kanan kiri, ada 4 kotakan untuk 2 orang dan 4 kotakan lagi untuk 4 orang. Karena kami couple, jadi bisa pilih yang 1 kotakan untuk 2 orang hihihi

Setelah mendarat, kami diberikan sirup anggur, berfoto-foto dan dapet sertifikat. Oiya, saat penjemputan tadi, kami juga diberikan snack dan minuman. Tidak hanya naik balon udara, kami juga melihat proses bagaimana balo tersebut diisi dengan udara tekanan panas, terbang, naik turun mendekati batu di lembah hingga balon dilipat untuk disimpan. Karena kami terbang early, jadi ketika mendarat tetap bisa melihat banyak balon udara berterbangan dan cakep banget buat photo-photo!

Toko Karpet Tradisional Buatan Tangan

Local shop pertama yang kami kunjungi di Cappadocia adalah toko karpet. Di sini, kami ditunjukkan proses pembuatan karpet hingga fashion show karpet-karpet hasil produksi mereka. Karpetnya handmade dan di setiap karpet ditulis history-nya, kapan, bagaimana, berapa lama dan oleh siapa karpet itu dibuat. Pekerja pembuat karpet di sini sebagian besar ibu rumah tangga. Mereka tidak berkerja full satu hari karena mengurus rumah dan keluarga. Jadi, membuat karpet di sini 3-4 jam per hari. Karena keterbatasan dan tuntutan tersebut, satu karpet diproduksinya cukup lama, bisa sebulan, enam bulan hingga lebih dari setahun. Dengan tingkat ketelitian dan ketekunan yang tinggi, hasil karpetnya rapih dan bagus banget!

  

Fairy Chimneys dan Uchisar

Fairy Chimneys atau cerobong peri yang berbentuk seperti kerucut ini terbentuk dari tufa vulkanik lunak yang terkikis oleh angin secara alami. Kami mengamati panorama ini dari atas bukit, tapi saya lupa nama bukitnya :’) Tidak ada tiket masuk ke sini karena lokasinya di pinggir jalan. Di sini juga ada beberapa pedagang kaki lima, persewaan unta untuk dinaiki dan spot foto pohon dengan gantungan evil eye khas Turki. Oiya, beberapa bebatuan di sini sudah dipahat karena dulunya digunakan tempat tinggal.

Hisaralti

Lokasi kedua yang populer untuk menikmati panorama Cappadocia adalah Hisaralti. Tidak ada tiket masuk juga di sini dan lokasinya lebih cocok untuk bengong lama menikmati pemandangan karena banyak tempat duduk dan bisa pesan minuman seperti kopi atau teh. Di sini ada toko juga, saya membeli beberapa gantungan kunci dan baki pattern Turki. Harganya masih oke, tidak terlalu mahal dibandingkan toko oleh-oleh lain.

Toko Kerajinan Gerabah

Kasongan van Turki hehehe Begitu sampai di sini, rasanya saya langsung berada di kampung halaman, Kasongan Bantul 😀 Selain balon udara, Cappadocia terkenal dengan kerajinan gerabahnya. Di Turki, group travel & tour wajib membawa tamu mereka ke toko kerajinan lokal. Tidak hanya sekedar diturunkan melihat barang, kami juga diberikan show presentasi singkat. Keren dan niat banget deh. Kami dikumpulkan di suatu ruangan, lalu mendengarkan guide dari toko menjelaskan mengenai gerabah. Tidak hanya melihat fungsi dan estetika, kami juga dijelaskan makna serta sejarahnya. Seperti botol air zam-zam khas Cappadocia yang bentuknya seperti leher angsa dan tengahnya bulat. Lalu dijelaskan juga history artist pembuatnya, Pak Ahmed. Beliau juga mengajari kami cara membuat gerabah tersebut. Jadi, pengunjung tidak sekedar membeli barang untuk fungsinya. Tapi, membeli karya yang didalamnya ada history, sejarah dan makna yang diciptakan dari artist pembuat gerabah tersebut.

 

Chardak, Kota Bawah Tanah

Cappadocia terdiri dari gunung-gunung bebatuan yang tidak terlalu keras. Jadi bisa digali untuk membuat terowongan dan rumah. Di dalam Chardak underground city, suhunya adem banget. Kata tour guide kami, beberapa Chardak masih berfungsi sampai sekarang untuk penyimpanan bahan makanan karena sejuk seperti kulkas. Di perjalanan menuju ke sini, saya melihat beberapa mobil box berhenti di dekat Chardak. Sepertinya, mereka mau menyimpang makanan. Enak juga hemat listrik 😀 Chardak underground city ini benar-benar seperti kota. Ada rumah, gereja hingga makam. Pintu-pintunya di buat tidak terlalu tinggi agar musuk tidak bisa leluasa masuk. Di Cappadocia, beberapa hotel lokasinya di dalam bebatuan seperti ini, sepertinya asik sekali menginap di dalam batu. Next, kalau ke Cappadocia lagi pengen cobain nginep dalam batu 😀

Toko Batu dan Perhiasan

Next stop, toko batu dan perhiasan. Setiap mampir ke toko oleh-oleh, saya sama sekali gak ada niatan buat belanja. Tapi, berhubung ini adalah anniversary 1 tahun pernikahan dan ada batu yang cantik, Hengky maksa jajan cincin buat saya. Walaupun awalnya mau frugal tapi jadi brutal livinggg, akhirnya saya pilih satu cicin tear drop dari batu zultanite ini. Meski tak jadi ngirit, tapi moment dan makna nya priceless. Katanya, the stone represent cheerful, adventure, and loveee hahaha <3

Makan Siang di Lokal Restaurant

Awalnya, saya kira ini restoran indonesia, karena namanya dede effendi XD Turned out ini makanan khas turki dan di dalam banyak bule-bule dari luar turki yang lunch di sini. Sebelum makanan disajikan, mereka melakukan atraksi terlebih dahulu. Lampu-lampu dimatikan apri menyala. Lepa dari situ, chef menyentongkan satu-satu ke mangkok dan menyajikan. Oiyaa, ini olahan ayam tapi aku gatau apa namanya, ayam dan terong. Olahan ini cukup cocok di lidah indonesia saya hehehe rasanya asem asem gurih gmnn gitu.

Devrent Valley

Waktu sudah terlalu sore ketika kami sampai di sini dan karena agenda hari ini marathon, energi rasanya sudah habis. Di luar ramai sekali turis, akhirnya satu bis memutuskan untuk lewat saja, berhenti sebentar tapi gak turun untuk mendengarkan penjelasan guide mengenai batu yang mirip bentuk hewan-hewan tersebut. Konon, batu ini tidak dibentuk oleh manusia, tapi secara alami terbentuk menyerupai unta dari angin angin yang bertiup.

Sunset di belakang hotel

Senja hari, kami memanfaatkan waktu untuk bersantai. Beberapa teman mengikuti additional tour, sunset Jeep. Kami sudah lelah jadi mau slow living jalan-jalan di sekitaran hotel saja. Kami jalan-jalan di bagian belakang hotel, ada kolam renang dan taman. Ternyata di belakang taman ada sungai yang cantik dan enak banget buat bengong. Saat itu sepi, pengunjungnya hanya kami berdua. Kami duduk-duduk disana, disusul seekor anjing yang ramah banget,  beberapa kali ngajak main dan ngejar-ngejar hengky :’) Di sini kami duduk-duduk cukup lama, liatin bebek-beberk berenang, mendengarkan gemericik air, menikmati sunset dan angin musim gugur, sejuk sekali rasanya hati dan pikiran ini hahaha. Adzan maghrib berkumandang, kami kembali ke kamar, sholat kemudian lanjut makan malam di hotel.

   

Setelah makan malam, kami jalan-jalan ke depan hotel. Ada minimarket dan toko oleh-oleh. Selama mampir ke beberapa toko oleh-oleh, kami selalu membanding-bandingkan harga. So far paling murah kalau beli di toko yang ga mevvah, pedagang biasa dipinggir jalan atau rumah kayu. Dengan barang yang sama, harganya lebih murah dan mereka bahagia banget waktu kita beli :’) Apalagi waktu itu ada nenek-nenek penjual gantungan kunci di pinggir jalan yang tiba tiba dikerubungin rombongan kami laris manis, dia bahagia banget :’))

Di minimarket saya beli starbucks 2 sachet. Harganya murah kalau dikurs in 7 ribu per sachet. Saya tidak coba minum di sana dan baru dibuat waktu sudah sampai Jakarta. Nyesel cuma beli 2, rasanya enak dan harganya murah huhu Oiyaa karena saya lagi halangan, saya juga beli pembalut tapi pembalut di sini tipis-tipis hahaha Walaupun gitu, powerful menyerap.

 

 

You Might Also Like