Pada hari kedua ini, agenda keliling-keliling Tokyo dimulai dari mengunjungi Ueno Park, Asakusa, Shinjuku, dan berakhir di Harajuku. Kami sengaja merencanakan pulang tidak terlalu malam agar esok hari bisa bangun pagi mengejar bus pukul 7.35 a.m. dari terminal bus Shinjuku menuju venue Fuji Shibazakura Festival. Beruntungnya, hari ini semua transportasi dicover dengan Metro 72 hours pass sehingga tidak keluar uang transportasi sama sekali! Yeayyy.
Ueno Park
Taman ini begitu cantik di gambar ketika musim sakura dan musim gugur tiba. Rimbunnya pohon di sini akan dipenuhi sakura pada awal pergantian musim dingin ke musim semi. Sementara, daun-daunnya memerah dan berguguran pada musim gugur. Walaupun mengunjungi pada musim semi, sudah tidak ada sakura sama sekali ketika saya berkunjung. Semua daunnya sudah menghijau seperti saat musim panas 🙁 . Huhuhu.
Di Ueno Park Jepang, juga ada kebun binatang dan kuil. Kami tidak mengunjungi kebun binatang dan hanya mengunjungi kuil saja. Untuk mengunjungi kuil gratis, akan tetapi jika memasuki kuil dan melakukan semacam ramalam atau berdoa akan dikenakan charge. Kuilnya tidak terlalu besar dan designnya sama seperti kuil di Jepang Lainnya. Bangunannya didominasi dengan warna merah dan terbuat dari kayu.
Kami bertemu beberapa orang Indonesia di sini, ibu-ibu yang lari-lari heboh sedang melakukan acara semacam running man bersama romobongannya. Dan rombongan tersebut pun sukses menjadi pusat perhatian pengujung taman karena berisik dan belibet. Ketika kami duduk memakan onigiri dan boncabe di kursi taman, ada kakek-kakek di dekat kami yang bertanya apakan itu rombongan kalian? Lalu dia berbicara mengguakan bahasa jepang yanag kami tidak mengerti.
Ueno Park cocok digunakan untuk piknik santai dan jalan sehat. Cuacanya cukup panas ketika cerah, mungkin karena berada di pusat kota. Dari stasiun metro menuju Ueno Park, akan melewati sebuah jembatan penyebrangan yang besar. Di jembatan ini, terdapat beberapa homeless yang beristirahat. Saya perhatikan, homeless di Jepang tidak membuat rumah kardus di suatu tempat / tanah tak bertuan. Akan tetapi, mereka membawa semua barang mereka pindah ke sana kemari. Saya belum pernah melihat homeless perempuan, rata-rata homeless adalah laki-laki yang sudah cukup tua. Waktu yang kami habiskan di Ueno Park tidak terlalu lama karena memang tidak excited. Tidak sampai dua jam, kami pindah ke Asakusa.
Asakusa
Berkunjung ke Tokyo tidak lengkap rasanya tanpa mampir ke sini. Asakusa dikenal dengan kuil merahnya yang sangat besar dan pasar oleh-oleh di depannya. Tujuan utama kami ke Asakusa adalah membeli oleh-oleh dan berfoto di kuil.
Toko oleh-oleh di Asakusa menjual beragam hal, mulai dari gantugan kunci hingga kimono pakaian tradisional Jepang. Akan tetapi, menurut saya harga oleh-oleh di sini sangat mahal. Sebiji magnet kulkas dihargai sebesar 450 yen (54.000), sebiji gantungan kunci 600 yen (72.000), sepasang sandal rumah 1500 yen (180.000), sebiji kipas seharga 1000 yen (120.000), dan masih banyak lagi. Huft miris sekali melihat budget saya 🙁 .
Padahal rencanya untuk oleh-oleh saya ingin membeli beberapa kipas bertema Jepang yang lucu-lucu dan gantungan kunci untuk teman-teman. Tapi, melihat harganya jadi mundur perlahan. Akhirnya, saya hanya membeli pulpen bergambar khas Jepang seharga 600 yen (72.000) isi 5 dan teropong tradisional seharga 300 yen (36.000) serta membeli kitkat green tea yang sebungkus isi 12 seharga 213 yen (25.560). Oh iya, ini menjadi kit kat termurah yang pernah saya beli selama di Jepang. Di toko lain harganya 230 yen, 300 yen, dan 500 yen di bandara untuk ukuran, isi, dan rasa yang sama.
Di Jepang, setiap membeli sesuatu khas produk Jepang, saya selalu mendapat packaging yang lucu-lucu. Perbiji barang selalu dibungkus dengan kertas baru dimasukkan ke dalam kresek. Kertasnya pun dilipat rapi dan sudah disiapkan khusus untuk masing-masing barang.
Lelah melihat harga barang oleh-oleh, saya pun menuju destinasi utama, Kuil Asakusa Jepang /Sensoji Temple yang khas dengan gebang besar dan lampionnya. Di depan gerbang tersebut, banyak orang berfoto dan saya pun ikut-ikutan berfoto. Hehehe. Asakusa ini merupakan salah satu destinasi favorit orang Indonesia karena di sini kami bertemu dengan banyak orang Indonesia.
Kami masuk ke halam kuil, mengamati sejenak, lalu pergi karena khawatir terlalu sore untuk menuju Shinjuku dan Harajuku. Sebelum benar-benar meninggalkan Askusa, kami terlebih dahulu keliling-keliling menyelinap di gang-gan khas Jepang untuk mendapatkan spot foto yang lucu-lucu.
Shinjuku
Terminal Shinjuku adalah terminal termumet dan terpusing yang saya kunjungi di Jepang. Di sini, entah kenapa susah sekali sinyal internet dan tanya orang beberapa kali jatuhnya tetap saja muter-muter dan akhirnya kesasar. Tujuan utama ke Shinjuku adalah untuk membeli barang-barang titipan karena di area Shinjuku terdapat banyak sekali toko barang-barang brandi. Rugi kan kalau tidak memanfaatkan kesempatan tax free.
Shinjuku sendiri suasanya amat teramat ramai terutama di rush hour karena merupakan salah satu stasiun utama. Di sini juga banyak money changer dengan harga bersahabat. Oh iya, money changer-mya konvensional lhoh (bukan bank) karena tau sendiri kan currency bank kadang-kadang gimana gitu. Tapi di Jepang ternyata currency di bank hanya lebih mahal dikit.
Selain area metropolitan, di Shinjuku Jepang bagian belakang toko menyimpan gang-gang restaurant khas Jepang yang unik. Sayangnya, beberapa restaurant tidak mengizinkan kami untuk memotret. Berada di restaurant ini membuat saya benar-benar merasakan Jepangnya Jepang, hmm gimana ya bingung. Pokonya unik, lucu, dan happy. Saya tidak membeli apa-apa di sini karena banyak pork-pork nya dan malas bertanya yang halal. Kami juga sudah merencanakan membuat pizza indomie di malam hari 😀 .
Harajuku
Jika mendengar kata Harajuku, ingatan pertama saya adalah model rambut paling bikin saya geregetan. Menurut saya, jika amatiran dan gagal potongannya, bentuknya seperti lamutan pelok mangga 😛 . Peace. Tapi, Harajuku yang saya datangi kali ini berbeda. Memang banyak orang berpakaian lucu-lucu layaknya cewek-cewek hitz Jepang gitu. Di Harajuku Jepang, isinya semua adalah deretan toko aksesoris, pakian, dan makanan. Kami hanya sebentar di sini, memborong di Daiso dan beli beberapa kaos di toko sekitar. Toko-toko di Harajuku rata-rata sudah tutup jam 8 malam dan kami sampai di sini sudah sekitar pukul 6.30 p.m.