Jepang

D 4 : Fuji Shibazakura Festival

April 22, 2017

Yeayyy, akhirnya kesampaian juga mengunjungi Fuji Shibzakura Festival di kaki Gunung Fuji. Kami bangun pagi-pagi pukul 5.30 a.m., langsung siap-siap tanpa mandi agar tidak terlambat 😀 . Dari Stasiun Machiya menuju Stasiun Shinjuku ditempuh menggunakan metro sehingga biaya dicover oleh Tokyo Metro Pass. Oh iya, setelah beberapa kali menggunakan metro, saya baru sadar kalau stasiun metro hampir semua berada di bawah tanah dan lokasinya bukan di gedung utama stasiun. Kalau JR selalu di atas dan di lokasi utama gedung. Misalnya, Stasiun JR Harajuku, ya langsung di depan pintu masuk harajuku street. Lalu, JR stasiun Shinjuku, ya langsung di stasiun Shinjukunya. Kalau metro harus berjalan beberapa meter lagi. Tapi, perbandingan harga antara JR dan Metro sangat jauh. Untuk 3 Days JR Tokyo Wide Pass dihargai sebesar 10.000 yen . Sementara,72 Hours (3 Days) Metro Pass hanya 1300 yen saja! Hmm, tidak apa-apalah jalan sedikit walaupun kadang bingung yang penting irit. Hehehe.

Terminal bus berada di JR Shinjuku Station bagian atas

Sesampinya di stasiun metro Shinjuku, kami mencari terminal bus. Awalnya, kami jalan kaki lancar berkat Google Maps dan berhasil menemukan terminal bus. Ternyata, terminal bus di dekat stasiun metro bukan terminal bus yang kami cari. Tidak ada tujuan ke Gunung Fuji di sini. Lalu, kami bertanya kepada beberapa orang tetapi rata-rata susah berbahasa inggris. Mulai deh kami kocar kacir kebingungan karena jam menunjukkan pukul 7.00 a.m. sementara bus akan berangkat pukul 7.35 a.m.! Huft. Sebelumnya, saya selalu ragu untuk bertanya kepada bapak-bapak yang sudah tua karena judgement saya, yang muda pasti lebih jago bahasa inggris. Ternyata salah. Saya tanya mbak-mbak dijawab pakai bahasa tangan dan tanya sama kakek-kakek dijawab pakai Bahasa Inggris dengan begitu lancarnya. Bahkan, Kakek tersebut mengantar kami hingga menyebrang jalan.

Sekitar 7.20 a.m., tibalah kami di stasiun Shinjuku dan langsung mencari petunjuk letak terminal bus. Terminalnya bersih dan menyatu dengan Stasiun JR Shinjuku. Ternyata, tiket bus ke venue Fuji Shibazakura Festival bisa reservasi melalui telepon dan online di sini. Karena tidak reservasi, kami harus menunggu sampai tidak ada penumpang reservasi yang akan naik. Alhamdulillah, kami masih mendapatkan tiket tersebut. Dari stasiun Shinjuku ke venue Fuji Shibazakura Festival, harga tiketnya adalah 4400 yen PP dan direct, jadi tidak mampir-mapir. Jika berangkat dari Shinjuku ke Kawaguchiko ditemput dengan waktu 3 jam one way dan masih harus naik bis lagi, direct bus ini hanya 2,5 jam saja.

Pemandangan Gunung Fuji dari dalam bus

Busnya, tentu saja bersih. Di jepang, di dalam bus kita dilarang ngobrol, telepon, dan melakukan apapun yang menimbulkan suara. Jadi semua orang hanya diam dan tentu saja tidur. Hehehe. Tapi, pemandangan selama perjalanan sayang sekali untuk dilewatkan. Jepang sangat jago membuat terowongan. Bus yang saya naiki beberapa kali melewati terowongan yang sepertinya jalan pintas melewati pegunungan. Walaupun naik turun, tidak terasa sama sekali, nyupirnya halus. Bahkan, saya nyeyak tertidur dan bangun-bangun sudah melihat Gunung Fuji yang sangat cantik. Bus pun mulai melewati jurang dan hutan yang masih ada beberapa pohon bunga sakuranya. Hmm, pasti cantik sekali hutan ini saat musim sakura, semua berubah jadi pink!

Yang namanya festival, tidak ada bangunan permanen di Fuji Shibazakura. Pakiran buatan, toilet portable, dan lain sebagainya. Akan tetapi, penataannya tetap teratur dan rapi. Toilet di festival ini menjadi toilet terjorok yang pernah saya kunjungi selama di Jepang. Namanya juga toilet portable, jadi semua kotoran ditampung di suatu tempat baru dibuang. Jadi, baunya gitu deh. Saat masuk ke toilet, tidak ada air, tidak tau dimana flush, dan bau, saya lansung ngacir keluar karena gak kebelet-kebelet amat.

Bunga Sakura

Harga tiket masuk Fuji Shibazakura Festival ini adalah 600 yen. Saya membeli langsung di counter tiket. Penjagaan tiketnya tidak terlalu ketat, sepertinya menyusup bisa karena tiket tidak akan dicek lagi. Saya anak yang patuh kok, jadi beli. Hehehe. Begitu memasuki venue, kami disambut dengan danau yang dikelilingi bunga berwarna pink, di pinggir walking area juga masih terdapat beberapa pohon sakura yang berbunga. Hihiw, saya sangat excited karena ini adalah sakura pertama saya.

Bunga Sakura pertama saya

Kami berjalan terus dan berhenti beberapa saat untuk berfoto. Di gambar website dan upload-an orang di instagram, kita dapat melihat Gunung Fuji dan Fuji Shibazakura Festival sekaligus. Tapi, saya cari-cari kok Gunung Fujinya tidak ada. Kami berjalan terus untuk menemukan angle dan Gunung Fuji hingga memasuki walking area yang kanan kirinya pohon-pohon besar seperti di hutan. Di area ini juga ada  bunga sakura yang masih mekar. Kami terus berjalan cukup jauh dan tidak tahu walking area ini menuju arah mana, sambil berharap menemukan pohon sakura yang bunganya masih benar-benar untuk di seluruh pohon. Ternyata, jalanan ini menuju parkiran dan pintu keluar, nyesel deh kami berjalan cukup jauh menyusuri pohon-pohon kering.

Fuji Shibazakura Festival dan Gunung Fuji

Yeayyy, akhirnya kami berhasil menemukan angle yang ada Gunung Fujinya saat berjalan menuju jembatan observasi. Saaat itu, cuaca cukup cerap sehingga Gunung Fuji dapat terlihat. Ketika cuaca mendung, Gunung Fuji akan tertutup awan sehingga rugi datang ke tempat ini tanpa melihat Gunung Fuji.

Icon Fuji Shibazakura Festival

Saat kami ke sana, hampir semua bunga sudah mekar. Tidak hanya bunga Shibazakura saja, tapi banyak bunga lainnya yang cantik-cantik. Di sini, cocok sekali bagi yang suka memotret bunga-bunga.

Selain festival bunga, di sini juga ada banyak booth makanan khas Jepang dan atraksi sulap. Kami membeli steamed chicken rice seharga 450 yen yang enak banget. Nasinya seperti nasi ketan berwana coklat, ada jamurnya, ada ayam bakarnya walaupun kecil.

Di sini, disediakan juga smoking area dan area untuk memcuci tangan. Akan tetapi, tidak disediakan free drinking water yang kayak keran tinggal di tap seperti di tempat-tempat umum. Jika beli air minum, harganya cukup mahal. Jadi, kami menghemat air minum bawaan hingga kembali ke Shinjuku.

Foto ootd fail 🙁 dan selalu backlight, jadi motret emak-emak aja

Festival ini sangat indah untuk dinikmati, udaranya sejuk tidak terlalu dingin. Tapi, susah untuk mengambil foto dengan angle yang bagus. Entah karena backlight, kebanyakan orang, dan lain sebagainya. Oh iya, semakin siang festival ini akan semakin ramai. Jadi, harus berangkat sepagi mungkin agar bisa leluasa berfoto. Kami berangkat pukul 7.35 dan sampai di venue pukul 10.00. lalu, pulang pukul 2.30 dan sampai di Shinjuku pukul 5 sore.

SHIBUYA

Sebelum ke Shibuya, kami terlebih dahulu menukar uang di penukaran uang kovensional (bukan bank) di area Shinjuku. Rate yang kami dapat adalah 113 yen untuk 1 dolar. Lumayan lah sedikit selisih dari yang kemarin-kemarin. Hehehe. Saat menukar di Narita, ratenya 110 yen dan menukar di Mizuo Bank Stasiun Shinjuku ratenya 111 yen. Di area ini, memang banyak sekali money changer dan kios-kios penjual voucher promo. Selesai menukar uang, kami muter-muter sebentar di gang-gang restaurant sekaligus perpisahan dengan kota Tokyo karena esok hari kami harus bertolak ke Nagano.

Tujuan utama kami ke Shibuya adalah melihat  crossing road yang katanya tersibuk di dunia. Begitu sampai, rasanya biasa saja karena memang semua perempatan di Jepang crossing roadnya sesibuk itu. Akan tetapi, semakin lama semakin penuh orang. Sekali berhenti bisa ketabrak-tabrak orang.

Saking terkenalnya sebagai crossing road tersibuk di dunia, banyak wisatawan yang datang ke sini hanya untuk merasakan menyebrang diantara ratusan bahkan ribuan orang. Banyak juga yang merekam sampai naik-naik ke pagar. Tapi, kami menemukan tempat yang cocok dan gratis untuk melihat pemandangan ini dari lantai atas gedung. Bukan di Starbucks yang berada tepat di depan crossing road karena di starbucks harus bayar 😛 Tapi, di jembatan penyebrangan.

Di Shibuya, kami tidak belanja ataupun makan. Kami hanya menyebrang beberapa kali lalu pulang karena takut kemalaman. Padahal, saat itu baru pukul 7 malam. Esok hari, kami benar-benar tidak boleh terlambat berangkat ke Nagano pagi-pagi. Jika terlambat, bisa ketinggalan Shinkansen. kami juga harus packing karena ini adalah malam terakhir kami di Tokyo dan menginap di Mr Sanq’s House.

Itulah pengalaman ke fuji shibazakura jepang dan shibuya jepang saya, semoga bermanfaat!

 

You Might Also Like